New Life Style

Selasa, 28 April 2015

Timses Jokowi Pecah Kongsi, Akbar Faisal Bikin "Surat Terbuka" Ungkap Rahasia Pilpres

Timses Jokowi Pecah Kongsi, Akbar Faisal Bikin "Surat Terbuka" Ungkap Rahasia Pilpres



Nada marah dan kritis orang-orang Joko Widodo mulai mencuat satu persatu. Salah satu diantaranya dari Akbar Faisal yang merupakan mantan Deputi Tim Transisi Jokowi-JK.

Akbar Faizal (47), anggota DPR-RI asal Sulsel, mencurahkan isi hatinya terkait dengan rencana pengangkatan beberapa alumnus dari Universitas Harvard di dalam Kantor Staf Kepresidenan. Dia menulis surat terbuka yang ditujukan kepada satu dari empat Deputi
Kepala Staf Kepesidenan Luhut Binsar Panjaitan, Yanuar Nugroho. Selain masalah 'Harvard', Akbar juga mengungkit-ungkit "Rahasia' Pilpres.

Curhatan yang diduga berasal dari pesan jejaring sosial mantan anggota Tim Transisi itu kemudian menyebar di media sosial.

Apa isi surat anggota Fraksi Nasdem, yang kini berada di komisi III DPR itu? Berikut kutipan lengkapnya:

Yth. Pak Yanuar Nugroho,

sy akbar faizal. Alumni IKIP Ujung pandang jurusan sastra (S1) dan Komunikasi Politik (S2) UI. Skrg anggota DPR-RI. Sy ucapkan selamat atas jabatan mentereng sbg deputinya Jendral Luhut. Pak Luhut dulu bagian dr tim kampanye Jokowi-JK dan jg Tim Transisi.


Ada bbrp peran pak Luhut yg cukup layak utk dicatat dlm pemenangan Jokowi meski menurutku tdk sebesar peran Megawati yg memerintahkan PDIP hingga ke akar rumput utk memenangkan Jokowi. Sesungguhnya Jokowi tak akan jadi Presiden jika PDIP atawa Mega tdk merekomendasikan Jokowi.


Hal yg sama jg terjadi pada Surya Paloh, Muhaimin Iskandar, Wiranto dan belakangan Sutiyoso. Selanjutnya bergabung berbagai relawan spt Projo, Bara JP,  Seknas, dll. Tak boleh dilupakan sayap2 partai pengusung spt PIR Dr Nasdem dlm komando Martin Manurung dan Relawan Cik Ditiro dlm komando kawan2 PDIP. Pasukan PKB terutama Marwan Jafar berjibaku dgn kami di Timkamnas dlm komando Cahyo Kumolo dan Andi Wijayanto berkeliling Indonesia meneriakkan "Pilih Jokowi krn bla...bla...bla...".

Tak ada anak Harvard ditim pemenangan kami. Yg agak jauh kuliahnya itu paling Eva K.Sundari yg pernah sekolah di Inggris entah dimana. Sy tak terlalu paham pula apakah di Inggris sana dia menemukan suaminya yg org Timor Leste dan membuatnya dimaki setiap hari oleh tim Prabowo sbg katholik sejati atau pengkhianat bangsa dst.


Rieke Pitaloka setahu saya kuliah di UI namun berkeliling dr kampung ke kampung sepanjang Jawa utk meyakinkan Ibu2 utk memilih Jokowi dan berakibat dia disumpahi sbg keturunan PKI di semua medsos. Ada pula yg bernama Teten Masduki yg setahu saya hanya alumni IKIP Bandung namun fokus ke Jawa Barat dan meyakinkan semua seniman2 bermartabat utk mendukung Jokowi spt Slank atau Iwan fals atau Bimbo.


Jika Anda tahu ttg "Konser 2 Jari" yg menjadi pamungkas kampanye dan membalikkan persepsi publik ttg besarnya dukungan massa terhadap Jokowi dan Prabowo di masa2 krusial saat itu, itu adl kerjaan Teten. Pak Luhut sendiri setahu saya (dan sesungguhnya sy sangat tahu masalahnya) banyak menghabiskan waktu dikantor pemenangan yg dibentuknya di Bravo 5 Menteng dan berdiskusi or menelepon banyak org yg saya dengar sbg "org LBP" entah dimana saja.

Bbrp kali sy rapat dgn tim mrk dimana hadir para pensiunan Jendral yg --mohon maaf-- msh merasa sbg komandan pasukan dgn berbagai kewenangan. Juga proposal beliau ttg sistem IT beliau yg --cukup memarkir mbl didepan KPU dan seluruh data2 bisa tersedot. Kami di Jl.Subang 3A --itu markas utama pemenangan Jokowi Mas-- terkagum2 membayangkan kehebatan teknologi pak LBP sekaligus mengernyitkan dahi ttg proses kerja penyedotan data tadi. Sy yg pernah menjadi wartawan senyum2 saja sebab sedikit paham soal IT.


Senyumanku semakin melebar saat membaca jumlah dan yg dibutuhkan utk pengadaan teknologi sedot-menyedot tadi. Dlm hal massa, tercatat 2 kali LBP mengumpulkan masy Batak di Medan dan Jkt utk mendukung Jokowi-JK. Mas Yanuar, sy merasa perlu menulis spt ini sebab sy merasa kantor Anda terlalu jauh mendeskripsikan diri akan tugas dan kualifikasi staf sebuah kantor Kastaf Presiden.


Sebenarnya sy tak perlu terlalu menanggapi soal Harvard ini. Sy jg pernah kesana tp sbg turis. Otak saya memang tak akan mampu kuliah disana.


Lha wong sy org desa. Bahasa Bugis sy jg jauh lbh lancar dr Bahasa Inggris saya. Namun soal Harvard ini mmebuat saya merasa "koq kalian menghina bangsamu sendiri? Merendahkan kualitas pendidikan bangsamu yg kabarnya akan kau katrol kualitasny dgn cara memasukkan org Harvard atau entah dr mana lg di kuar negeri sana? Mengapa kalian semakin jauh dr 'kesepakatan awal kita di tim dulu utk menghormati bangsamu sendiri'? Mengapa kalian makin kurang ajar saja?" Sy sebenarnya pernah ingin mempersoalkan lembaga bernama Kastaf ini sebab sejujurnya "tak ada" dlm perencanaan kami di Tim Transisi dulu.


Sekadar menginfokan ke Anda Mas bhw Tim Transisi itu dibentuk Pak jokowi utk merancang pemerintahan yg akan dipimpinnya. Tp sy sungguh tak nyaman mempersoalkan itu sebab akan dituding macam2. Mis, akh...krn AF kecewa tdk jadi mentri dll. Dan msh byk lagi sebenarnya yg ingin sy pertanyakan. Termasuk surat presiden ke DPR ttg Budi Gunawan yg disusul kontroversi2 lainnya.


Kemana para pemikir Tata Negara disekitar Pak Jkw skrg? Yg kudengar selanjutnya malah pengangkatan Refly Harun sbg Komisaris Utama Jasa Marga. Mungkin Bu Rini anggap Refly sgt paham soal Tol krn setiap hari melalui macet --persoalan yg pak jkw katakan dulu akan lbh mudah menyelesaikannya sbg presiden ketimbang sbg Gub DKI-- dr rumahnya di Buaran sana. Mas yanuar, sbg anggota DPR pendukung pemerintah dan insyaallah punya peran (meski sgt kecil) terhadap kemenangan Jkw -JK, sy ingin kalian di istana fokus pada tugas yg lbh membumi.


Mis, jgn biarkan kami di DPR dihajar bagai sansak oleh org2 Prabowo dlm kasus kebaikan tunjangan mbl pejabat, misalnya, hny krn kalian tak mampu berkomunikasi dgn kami di DPR (atawa parpol pendukung. Ini jg satu soal sendiri krn terbaca dgn kuat klu kalian di ring 1 preaiden kini sukses melakukan Deparpolisasi) dan atau gagal meyakinkan publik akan seluruh keputusan2 presiden/pemerintah. Soal sesepele ini tak perlu kualitas Harvard.


Sy merasa mengenal bbrp org di istana negara tempat Anda berkantor skrg. Entah apa mrk (msh) mengenal sy skrg. Tp sy nggak memikirkannya. Sy hny minta kalian disana berhenti melakukan hal yg tak perlu spt deklarasi  soal Harvard yg akan masuk Istana itu. Sekali lg, sy sebenarnya tak perlu menulis panjang lebar spt ini hny utk menanggapi soal Harvard ini. Tp sy hrs lakukan sbb menurutku kalian makin jauh dr seluruh rencana awal kita.


Dan sayangnya, seluruh rencana awal itu sy pahami dan terlibat didalamnya. Sy sekuat mungkin berusaha menghindari kalimat2 keras utk memahami apa yg kalian lakukan disana. Tp sepak terjang kantor Mas Yanuar bernama Kastaf Kepresidenan itu makin jauh. Terakhir, sy sarankan agar menahan diri dlm memberikan masukan ke presiden.

Jgn racuni pikiran presiden yg polos ini dgn permainan yg dulu kami hindarkan beliau lakukan meski kadang gregetan lihat langkah2 tim Prahara. Terkhusus dgn Pak JK, sy minta kalian berikan rasa hormat. Tgl 9 Juli lalu, 63% penduduk Indonesia memilih Jokowi - JK dan bukan Jendral Luhut Binsar Pandjaitan apalagi Anda2 yg bergabung belakangan.

Selamat berakhir pekan.

Jakarta, Sabtu, 4 April 2015

Terbacanya Kebenaran yang Terkubur Selama Ini

Baru saya menyadari dan mengetahui tentang sebuah kebenaran yang selama ini terkubur bersama tokoh yang memperjuangkan hak asasi di negeri ini.

Mr. Munir, Apa kabar pahlawan?. Kami rindu sosokmu hadir ditengah rakyat kecil yang ditindas dan dijajah oleh bangsanya sendiri.

Kami juga rindu aksi aksimu dalam memperjuangkan dan membela hak hak kami sebagai rakyat Indonesia yang ingin dipersamakan haknya dan diakui keberadaanya sebagai jiwa jiwa yang merdeka dan tidak ditindas ataupun dijajah.

Selama ini Kami rakyat kecil tidak pernah didengar suaranya karna kami merasa jika negara ini menganggap kami ini sampah yang tak berguna.

Mungkin sebagian dari kita ada yang tidak tau atau tidak mengenal munir. Baiklah saya cerita sedikit tentang tokoh yang sudah hampir terlupakan. Yaitu munir. Dan ini dari version dan kacamata saya sendiri.

Munir adalah seorang aktifis kemanusian dan ham pada zaman soeharto yang memimpin negeri ini.

Mungkin munir yang pertama Kali menyadari jika republik inilah belum merdeka secara keseluruhan.

Negara Indonesia barulah merdeka dari bangsa asing yang menjajah. Akan tetapi sebenarnya itu hanya peralihan penjajahan saja. Karna orang asing pergi maka digantikan oleh bangsa sendiri yang menjajahnya.

Makanya bung karno berkata perjuanganku mudah karna melawan penjajah bangsa asing tetapi oerjuangan km akan lebih sulit karna melawan bangsa mu sendiri.  Bung karno berkata demikian pastilah sudah melihat watak orang orang bangsa ini yang rakus dan tamak akan kekuasaan dan kekayaan negeri ini.

Munirpun melihat hal yang sama pada negara ini. Banyak rakyat kecil yang ditindas oleh hukum dan aparatnya. Tetapi mau mengadu kmana?. Serta banyaknya pelanggaran ham dan kemanusian di negara ini.

Menjerit hati munir dikala melihat penderitaan rakyat kecil ditindas. Munir ingin berontak tapi dia sadar diri jika dirinya hanya rakyat kecil Yang tak  memiliki kekuatan apa apa untuk menolong rakyat.

Akhirnya dari niat suci munir untuk menolong rakyat kecil maka TUHAN memberi dia solusinya.

Dia meminta pertolongan kepada negara dengan super power untuk menbantu perjuangan dia dalam melindungi rakyat kecil. Karna banyak terjadi kejahatan kemanusian di negara ini.

Perjuangan suci munirpun berhasil dan munir memohon bantuan dari America dengan mengangkat munir sebagai duta utusan kemanusian dan ham diindonesia.

Dan munir melaksakannya dengan baik. Untuk memantau Ham dinegara ini.

Sepak terjang munir dalam hal menindak pelanggaran HAM  sangat lincah dimana ada korban pelanggaran ham maka munir selalu ada untuk menjamin dan menolong hak hak sang korbannya.

Singkat cerita para penjajah jadi tak berkutik maka terjadilah pemfitnahan dalam diri munir atau pencitraan atau stigma jelek kepadanya. Dan semua isu  itu dibuat oleh penjajah bangsa ini yang menjadi sulit gerakannya oleh keberadaan munir dan ham yang diusungnya.

Sempat waktu itu saya bingung kenapa orang yang membantu orang lain yang susah malah dianggap musuh bangsa ini.

Tapi munir ga peduli dgn semua itu. Dia dicap sebagai pengkhianat bangsa karna bekerja dgn amerika. Bagi munir  yang terpenting adalah tidak ada yang boleh menyakiti manusia sbg mahkluk ciptaan tuhan dibumi pertiwi. Dan dia tidak pandang bulu. Baik tentara ataupun polisi jika melanggar ham maka akan disikat sama munir.

Karna rata rata pelanggaran ham itu dilakukan oleh para aparat penegak hukum.

Sampai sempat memanas yaitu kantor munir diserbu dan diporakporandakan dan diteror juga. Bagi munir itu hanya hambatan kecil dalam pekerjaan dia melindungi rakyat kecil dan orang lemah yang biasa dijadikan korban penindasan oleh orang orang yang mempunyai kekuasaan.

Memang bangsa terkutuk yang suka menindas orang lemah dan  rakyatnya sendiri.

Karna dianggap sosok munir bisa membuat para penjajah mati kutu dinegara ini maka dibuatlah rencana biadab untuk mengakhiri perjuangan munir untuk membunuhnya. Karna munir yang selalu membela rakyat kecil dan orang orang lemah dari penindasan dan penjajahan bangsanya sendiri.

Munir tewas dalam perjalanan keluar negeri. Dia diracun oleh pilot pesawat yang dinaikinya.

Langit cerah di indonesiapun berubah gelap dan mendung. Ibu pertiwi sekali lagi harus menangis karna putra terbaik nya dibunuh dan dianggap sebagai pengkhianat bangsa ini. Itulah propaganda yang dilakukan untuk menjadi pembenaran alasan melenyapkan munir.

Selamat jalan pahlawan kemanusian. Dan ibu pertiwi bangga mempunyai putra bangsa sepertimu yang mau  membela rakyat kecil dari penindasan.

Kami rakyat kecil yang pernah engkau Bantu ingin mendoakan smoga apa yang kau perbuat bagi rakyat bangsa ini bisa mengantarmu ke surga. Aamiin.

Setelah kepergian munir maka para penjajah negeri ini berpesta karna bisa menindas rakyat kecil.

Bahkan dinegeri ini tidak ada yang namanya HAM.

Lihatlah buktinya saat ini dimana Hukum tidak berpihak pada rakyat miskin lagi. Seperti kasus nenek asyani.

Apakah kita masih ingin dijajah bangsa sendiri..??

Mau sampai kapan kita dijajah begini?

Semua jawabanya saya kembalikan kepada rakyat indonesia.

Waaallam

Hadi Junaedi,

Aktivis kemanusian Dan HAM

Tumpul ke Atas

Surat Terbuka kepada Pemilih Jokowi Sedunia

jokowi_mojok

Surat Terbuka kepada Pemilih Jokowi Sedunia

Oleh Iqbal Aji Daryono

Halo, teman-teman. Sudah makan?

Menyenangkan sekali ya, melihat mantan capres yang tempo hari kita dukung sekarang sudah bergerak dan bergerak. Bekerja dan bekerja. Percayalah bahwa kita, saya dan kalian semua, punya kontribusi dalam mendudukkan beliau di posisi tertinggi Republik Indonesia.

Di tengah kegembiraan itu, sebenarnya kita para pemilih Jokowi berada dalam situasi yang, ehm, rumit. Itu mesti disadari dan diakui.

Bagaimana tidak? Mulai Mas Jokowi dilantik hari itu, sebenarnya beban terberat bangsa ini ada di pundak kita. Iya, pundak kita. Lhooo, jangan ketawa, ini beneran!

Bayangkan saja, setiap saat kita para ex-jokower ini tegang. Saat penyusunan formasi kabinet kita tegang. Forum APEC kita tegang. Mas Joko jalan ke luar negeri kita tegang. Kenaikan BBM kita tegang. Penetapan Jaksa Agung kita tegang. Rentetan ketegangan yang nggak bakalan berhenti sampai bertahun-tahun ke depan! Aduduuuh.

Jelas saja tegang. Lha ya gimana, saat langkah-langkah Jokowi terindikasi ngawur, nggak sesuai janji kampanye, atau mengandung gelagat pelanggaran visi dan misinya, kita-kita ini yang dibuli! Masih mending kalau cuma teman Facebook atau Twitter yang ngebuli. Lha kalau pacar sendiri gimana dong? Kalau calon mertua sendiri? Pusiiiiing…

Kadang, sebagai orang terpelajar, sejujurnya sih kita mengakui ada kekeliruan-kekeliruan pada langkah Jokowi. Contoh yang paling anget ya penunjukan politisi Nasdem sebagai Jaksa Agung. Meski posisi Jaksa Agung setara menteri pun (yang artinya Presiden bebas memilih) toh logikanya posisi itu bakalan melempem ketika dekat dengan lingkaran-lingkaran kepentingan di sekelilingnya. Sementara, sebagai orang dekat Nasdem dan Pak Bos Brewok, dia kemungkinan ya… gimana ya. Ah, begitulah.

Rasanya jadi gatel banget, pengen protes keras ke Jokowi, nampol dia pakai seluruh akun media sosial. Facebook, Twitter, Instagram, Path, semua pingin kita kerahkan buat teriak, “Lhooo kok begini caranya, Mas? Masih banyak tokoh yang puluhan kali lebih hebat dari si Jaksa Agung baru ituuu!”

Sayang sekali, buat melontarkan kritik, kita terkendala satu hal: g-e-n-g-s-i. Iya, gengsi. Hahaha.

Mengkritik sosok yang sudah kita dukung berpeluh-peluh sampai bela-belain berantem tiap hari di Facebook dan Twitter, jelas sebentuk bunuh diri eksistensial. Ya, kan? Bayangkan saja, bakalan ada berapa banyak ex-prabower yang menyambut postingan kritis kita dengan penuh gairah. Semacam menerima lemparan bola lembut dari kita, untuk lantas men-smash-nya balik ke muka kita dengan kerasnya. Plakk!

Mereka itu emang masya Allah banget. Di bawah pimpinan Al-Mukarom Imam Jonru, sudah pasti mereka teriak: “Tuuuuh kan? Apa gw bilaaang?! Jokowi antek asing! Mana kerjanya cuma ngumpet di ketek Si Emak pula!” Atau, “Nah! Sekali lagi Jokowi menjilat ludah sendiri!! Ooo.. itu to yang kalian puja-puja macam nabi??” Dan sebagainya. Dan seterusnya. (Untung sekarang udah jarang terdengar yang pakai model-model “Buka mata!! Tanyakan pada hatimu!!” Kalau yang begitu-begituan ampun deh, Kakak.)

Dari semua ledekan, yang paling ngehek kalau ex-prabower sudah mulai ngomong, “Ah, andai Pak Prabowo yang jadi pemimpin kita, pastilah…. anu, anu, anu.” Jelas itu ngehek banget. Bagaimana bisa mereka mengandaikan begitu? Enak aja. Kita pun jadi ngebet menjawab, “Yeee, kalau Prabowo yang presiden, bakalan lebih parahh!! Emang dia bisa ngadepin tuntutan konsesi politik dari media besar yang selama ini bela dia mati-matian semacam punya Bakrie? Kalau Bakrie ngambek trus ngancam berbalik menentang, apa Prabowo berani? Belum lagi PKS, yang getolnya tiada tandingan itu? Apa bisa Prabowo menolak itu semua? Ha?!”

Kalau kita sudah menjawab begitu, kita dan mereka jadi sama-sama ngehek. Kenapa? Jelas dua-duanya nggak bisa dibuktikan, karena cuma “andai”. Lalu apa yang bisa diperdebatkan dari sebuah “andai”? Ini kan mirip kalau ada brondong songong bilang, “Ah, andai gue mau, tuh cewek udah pasti takluk sama gue. Cuma yaaa guenya yang enggak mau..” Noh, mau dijawab gimana, coba?

Tapi ya sudah. Harap kalian pahami dan sadari saja: ngeledek-ngeledek gitu sudah jadi jatah hak eksklusif teman-teman ex-prabower. Beneran. Ini memang mekanisme alam yang adil.

Begini maksud saya. Waktu Jokowi menang, kita gembira luar biasa, pesta sejadi-jadinya. Itulah hak eksklusif kita. Sementara pendukung Prabowo nangis darah dan nggak doyan maem semingguan. Jadi ya fair-fair aja kalau sekarang gantian.

Ketika para ex-jokower sibuk ngemil tomat dan sayur-mayur untuk mencegah serangan jantung, kini ex-prabower tiap hari nonton tivi dengan santai. Kalau kebijakan Jokowi bagus, mereka toh kecipratan enaknya juga. Tapi kalau tindakan Jokowi sembarangan, mereka tinggal buka HP dan posting status: “Sekali lagi si Pinokio menunjukkan kebodohannya! Mau jadi apa negeri ini?” Aih aiiih, benar-benar kehidupan para ex-prabower itu nikmat dambaan seluruh umat manusia. Saya jadi ngiri..

Jadi, berhentilah mengeluh karena dibuli. Itu sudah konsekuensi kita karena mendukung salah satu capres, dan capres kita menang. Toh semisal Prabowo yang menang, ex-jokower-lah yang pasti menikmati hak mem-buli. Yakin deh. Kalau kalian nggak siap dengan risiko pertaruhan semacam ini, mending dari dulu safe playing aja bareng teman-teman saya seperti Mahfud dan Fahmi. Dari awal keduanya sinis kepada semua capres, sehingga siapa pun pemenangnya ya mereka tetap aman-tenteram-sentausa heuheuheu.

Maka, lebih baik sekarang kita lakukan yang semestinya. Ayo tetap dukung Jokowi, dengan cara menjaga agar dia tidak anjlok dari relnya. Berhenti memuja dan memuji tanpa pandang bulu atas semua sikap Jokowi, seolah dia itu bukan makhluk yang makan nasi dan doyan ngopi. Jokowi toh manusia juga. Dia bisa capek, bisa masuk angin, bisa ngantuk, bahkan juga bisa takut. Di situlah justru peran penting para suporternya untuk terus mendukung dia, menjaga tensi keberaniannya, mem-pukpuk pundaknya, biar mampu kukuh bersetia pada visi yang telah dirancangnya.

Melulu mendukung segala langkah Jokowi tanpa sikap kritis bukan cuma memalukan, tapi juga berbahaya. Terkait hal ini, ingat-ingatlah nasihat seorang bijak: “Akan datang suatu masa, ketika Jokowi dilemahkan justru oleh para jokower sendiri.” Nah.

Salam mojok.

Surat Tanggapan atas "Surat Terbuka" Sdr. Akbar Faisal

Surat Tanggapan atas "Surat Terbuka" si Pecundang Sdr. Akbar Faisal




SURAT TANGGAPAN ATAS TULISAN Sdr. AKBAR FAISAL

Yth. Sdr Akbar Faisal Anggota DPR RI Partai Nasdem

Salam sejahtera! Membaca tulisan anda yang "akhirnya terbuka" untuk publik kepada Sdr. Yanuar Nugroho mengusik hati saya, sebagai salah satu rakyat Indonesia untuk memberikan tanggapan meskipun surat itu bukan ditujukan untuk saya.

Pertama, saya sungguh berterima kasih kepada anda, dimana telah sudi membongkar borok-borok di lingkungan anda sendiri pada saat Pilpres dulu. apa yang anda paparkan sungguh membelalakkan mata seluruh rakyat Indonesia (setidaknya saya), khususnya mengenai proposal "sedot data KPU" yang luar biasa itu. secara tidak langsung, anda telah membuktikan bahwa kecurangan Pilpres itu nyata adanya dan sangat terencana.

Tulisan anda seolah kritis, namun dengan bahasa yang menurut saya penuh emosi jiwa menggugat atas peran tiap-tiap individu tim pemenangan Jokowi-JK. Semua merasa punya andil besar dan berjasa dalam Pilpres kemarin. Sungguh, ini juga sebuah bukti nyata pepatah bahwa memang sejatinya tak ada makan siang yang gratis! Semua berlomba mendekat ke istana.

Saya meyakini uneg-uneg anda ini muncul menyambung puisi anda yang begitu mendayu penuh iba menjelang pengumuman kabinet dulu: "Kita berjalan bagai kereta yg bersisian melintas pekatnya malam; bagaimana mungkin kita tiba diujung jalan yang sama; rel yg terlintas dingin membeku; kudoakan engkau tiba lebih dahulu, kekasih; mungkin bisa kutemukan sisa kembang api pesta penyambutanmu" (19/10/2014).

Dan kini, ternyata sisa kembang api pesta penyambutan pun tak pernah anda temukan.

Jadi, jangan pernah mengira ucapan terima kasih di atas adalah bentuk salut saya pada anda. Bukan, bung! karena bagi saya, surat ini hanya membuktikan bahwa kalian semua hanyalah para pecundang pengejar jabatan. Jika boleh diibaratkan, layaknya serigala-serigala lapar yang bersatu saat berburu mangsa, tapi kemudian saling sikut dan saling sikat ketika menikmati hasil buruan. Karena bagi saya, ini hanya soal siapa yang duluan mendapat porsi lebih besar, itu saja. Malu lah pada slogan yang kalian buat sendiri bahwa memang tidak akan rebutan jabatan.

Menggugat mantan teman seperjuangan adalah boleh-boleh saja. Silahkan kalian tabuh genderang perang dan ribut sendiri. Jika perlu gunakan semua media sosial, biar kami menjadi penonton yang akan makin tahu adanya kecurangan kalian waktu Pilpres dulu.

Sdr. Akbar Faisal, saya ingin bertanya kepada anda, ada apa dengan Prabowo? Kenapa pula anda membawa-bawa namanya padahal kini beliau entah bertapa di belantara mana? Kenapa pula sebutan "prahara"; sebuah singkatan sinisme kalian dulu itu masih saja anda cantumkan dalam suratmu? Apakah anda memang masih kekurangan musuh? Di satu sisi anda mengecam kubu Luhut Binsar Panjaitan yang menurut anda tak mau berbagi kekuasaan, tapi sekaligus anda menabuh genderang perang pada kubu Prabowo yang tidak ada sangkut pautnya dalam masalah perebutan kekuasaan kalian!.

Menulis surat terbuka kepada mantan teman seperjuangan saja anda begitu manipulatif dan jauh dari kata jujur. sejak kapan rakyat pemilih Jokowi-JK melonjak jadi 63%? Kenapa anda menjadi begitu pongah berhalusinasi terlalu jauh, bung? Padahal presidenmu itu, melalui tim yang anda banggakan dan yang anda katakan dalam surat anda, hanya mampu SEDOT DATA KPU tipis, yaitu 53,15 persen saja.

Terakhir, dalam surat tanggapan ini, saya tidak berharap tanggapan balik dari anda. Bukan itu! Saya hanya ingin anda merenung, bahwa negeri ini butuh perbaikan sesegera mungkin. Bahwa rakyat ini butuh kepastian hukum dan kesejahteraan untuk dapat hidup lebih bermartabat lagi. Bukan tontonan-tontonan yang justeru dapat membangkitkan kemarahan seluruh rakyat Indonesia! Demikian dan terima kasih.

Jakarta Selatan, Senin, 6 April 2015

Taryono Aji
Direktur PT. Rimba Jati Persada
Kader Jaringan Merah Putih
Aktif di Jumasip, Wedangan 200

Koruptor oh Koruptor

Senin, 27 April 2015

Mastermind Kecurangan Pasangan JKW - JK di Pilpres 2014

MASTERMIND Kecurangan Pasangan Jkw-JK di Pilpres 2014 by @yani_bertiana


Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 15:54:11 WIB

MASTERMIND kecurangan Pasangan Jkw-JK di Pilpres 2014 pic.twitter.com/UlFRDCgeG2


Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 15:55:36 WIB

Jkw-JK menang dengan cara curang di Pilpres 2014. BG adalah "mastermind" kecurangan tersebut

Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 15:56:25 WIB

Inilah kenapa RI-1 telah bergerak cepat "mengamankan" institusi penegak hukum: MK, POLISI & KEJAKSAAN, harus dipimpin oleh PARTISAN Jkw-JK

Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 15:57:35 WIB

Jangan sampai kecurangan terbongkar!!

Sekarang BG tersudut oleh KPK. BG mengancam untuk membongkar rahasia kecurangan Pilpres 2014

Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 15:59:03 WIB

Kecurangan yang melibatkan Jkw-JK, elit PDIP, NASDEM, HANURA tsb akan dibongkar jika janji posisi sebagai KAPOLRI untuknya tidak dipenuhi

Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 16:00:58 WIB

BG menggertak bahwa dia berani jatuh bareng-bareng Jkw dan "KMP", Kalla-Mega-Paloh

Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 16:01:18 WIB

Ancaman PIDANA PEMILU adalah alasan SEBENARNYA kenapa elit PDIP, NASDEM, HANURA begitu ngotot mendesak pelantikan BG

Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 16:02:02 WIB

Ini juga kenapa RI1- MUTER-MUTER alias PUSING. Anggapan bahwa RI-1 ditekan oleh Mega tidak 100 % benar

Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 16:02:39 WIB

Jkw satu perahu dengan Mega, sama-sama disandera oleh BG!! BG begitu bernafsu jadi POLISI-1, tidak mungkin mundur!!

Yani Bertiana @yani_bertiana31/01/2015 16:04:09 WIB

saat jadi Kapolri nanti, BG tinggal ngarit meng-ATM kan para tersangka kecurangan Pilpres 2014. Pinter juga ya si oom BG!! ganteng pisan :))